Ada kalanya,
Ingin menjadi seorang jelata
Yang tidak terikat dengan aturan protokoler menyusahkan
Ada kalanya,
Ingin terbebas dari hegemoni abdi negara
Yang membuat hidup ini lebih bervariasi dan berwarna
Ada kalanya,
Ingin menjadi seorang sederhana
Yang bisa berteduh di sebuah gubuk tanpa tentangan dan gengsi
Ada kalanya,
Ingin seperti anak ‘dusun’
Yang bisa bertamasya dengan kereta ekonomi-bisnis tanpa dikasihani
Ada kalanya,
Ingin menjadi keluarga kecil bahagia
Yang bisa menjalankan hidup tanpa bergantung pada khadimah
Ada kalanya,
Berkhayal terlahir di tengah keluarga yang ‘biasa’
Yang tanpa perlu melekat padanya kekhawatiran yang memuakkan
Ada kalanya,
Berpikir menjadi burung yang bebas mengangkasa
Yang bisa menentukan arah terbangnya tanpa hambatan berarti
Ada kalanya,
…
…
Ada kalanya,
…
…
ada kalanya ingin seperti gayus tambunan……. yg bisa keliling kota….dan pergi kebali… dan ada kalanya…bisa menikmati hidup tanpa harus.. berpikir ….dan dipikirin….
Terkadang saya juga demikian 🙁
tetap semangat dan jangan menyerah. bisa memanfaatkan waktu adalah sebuah kesempurnaan hidup
akhirnya kembali menjadi diri sendiri…
Dan ada kalanya,
kita harus bersyukur dengan siapa kita sekarang, dimana kita dilahirkan, apa yang kita miliki,
dan menjadi sangat bersyukur ketika kita berda di tengah-tengah orang yang tanpa kita sadari ternyata sangat menyayangi kita… 🙂
Seperti dulu pernah Abi bilang, mencoba untuk melihat ke ‘bawah’, ternyata buanyak sekali yang tidak seberuntung kita.
Belajar dari pengalaman untuk jadi lebih baik 😀
semoga sekedar perenungan utk langkah yg lebih baik 🙂
wah jadi skrg terikat protokoler? wah sama sekali gak nyaman itu!
sebagai orang yang terlahir dari keluarga biasa, di dusun aku malah pengen jadi orang yang terlahir dari orang kota yang hidupnya kelihatan enak…
ternyata memang kita hanya harus panda mensyukuri ya….
tetap bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang